Akhirnya...

Awalnya memang pertemuan pertama tidak pernah terpikirkan untuk jadi sekarang ini. Saling bertemu, bertegur sapa seperti biasanya. Memiliki pertemanan yang sama. Sama-sama tahu kepribadian masing-masing karena saling bertukar cerita, hingga saat itu datang.

Saat dimana saling menguatkan, saling memberikan perhatian, saling mengerti dan saling mendukung satu sama lain. Saat dimana kita saling tahu keburukan dari diri kita. Keburukan yang paling awal hingga benar-benar tidak disangka bahwa hal tersebut pernah kita lakukan selama hidup.

Semuanya memang terasa begitu saja. Aku dan kamu yang bisa saling memaklumi kejelekan masing-masing dan menjalani hari-hari seperti tidak ada masalah sama sekali. Bisa dibilang mengalir begitu saja tanpa kita tahu hari esok akan bagaimana jadinya. Dan pada akhirnya hal yang tidak diinginkanpun tiba.

Egois, rasa jenuh, kekuasaan, dan segala macam hal yang dulu sempat diwajarkan menjadi alasan yang kuat untuk berpisah. Berpisah? Ya berpisah secara keseluruhan. Bukan hanya status saja, namun segala hal dan sikap pun berubah. 

Saling menyadari akan kejelekan masing-masing selama bersama. Rasa sakit yang dipendam selama berbulan-bulan, hmm...mungkin bahkan hitungan tahun? Aku juga menyadari akan hal itu, banyak memang kebahagian yang kurasakan bersama denganmu. Jujur memang tidak bisa melupakan hal itu begitu saja. Kamu pun pasti begitu juga, sama denganku. 

Namun, bila hal tersebut terus dianggap menjadi maklum dan kita bersama untuk menghadapinya tanpa adanya perubahan, apakah itu sehat? Apakah kita akan bahagia? Apakah kehidupan kedepannya akan baik-baik saja? 

Bila ditanya seperti itu, jujur masih belum menemukan jawaban yang pasti. Memang sebuah hubungan itu "seharusnya" harus bisa memaklumi pasangan, tetapi untuk tetap bersamamu aku belum bisa. Entah perasaan apa membuatku tidak percaya dan jujur aku memang tidak bisa untuk menghadapi hal tersebut. Mungkin ada rasa sakit hati yang terlalu sering aku pendam? Ya, itu memang benar. 

Aku tidak menyalahkan sepenuhnya ke kamu. Kamu tetap menjadi bagian dari sejarah hidupku. Kamu pun juga tidak luput dari kesalahan juga. Mungkin apa yang kamu lakukan menurutmu itu baik bagi yang lain, namun belum tentu apa yang kamu pikirkan sama denganku ataupun orang lain.

Dari segala hal tersebut, tetap aku ucapkan terima kasih. Terima kasih atas cerita yang sudah pernah dilalui bersama. Terima kasih atas rasa bahagia yang pernah kamu berikan. Terima kasih juga atas kesalahan yang pernah aku dan kamu berikan. Hal tersebut cukup berarti buat perjalanan hidup ku, entah kamu merasakannya atau tidak.

Akhirnya...
Aku sudah mulai bisa memaklumi apa yang terjadi

Akhirnya...
Aku sudah mulai bisa bebenah diri

Akhirnya...
Aku sudah mulai belajar dari kesalahan yang pernah kubuat dahulu

Akhirnya...
Aku sudah bisa mencari kebahagiannku sendiri

Dan akhirnya...
Terima kasih...
Semua kenangan yang sudah terlewati
Kenangan yang menjadi saksi hidup perjalanan hidupku.


Yogyakarta, 10 April 2020
11.21 WIB. Karantina hari ke- 26

littled

Komentar

Postingan Populer