Harus Jadi Siapakah Aku?
"Kamu kalau jadi perempuan harus kayak gini..."
"Gaboleh seperti itu, perempuan harusnya kayak gini lo"
"Perempuan kok pulang malam-malam, malu dilihat tetangga"
"Perempuan kok ngerokok? Mau jadi apa kamu?"
"Wangun e koe saiki dadi koyo ngene. Nggaya tenan."
"Kamu tuh mbok kayak dia tuh lo, bisa rawat diri. Lihatkan, cantik kan dia. Ga kayak kamu."
"Cari pasangan tuh yang kaya, biar kamu enak di rumah besok-besok. Cuma tinggal ngurus urusan rumah, anak-anak, sama dapur aja. Bisa santai-santai di rumah."
"Anak cewek gaboleh pergi jauh-jauh. Nanti kenapa-kenapa di jalan gimana?"
Yah, beberapa penggalan kalimat diatas seringkali ditemui di kehidupanku. Mungkin kalian mengalaminya dalam versi yang berbeda?
Salahkah aku menjadi berbeda? Apa aku harus mengikuti "standar" yang telah ditetapkan di masyarakat?
Berekspresi saja salah. Mengungkapkan pendapat saja salah. Mungkin setiap kegiatan yang aku lakukan apakah merupakan sebuah kesalahan? Apa aku harus mengikuti "skenario" yang dibuat oleh kalian, orang-orang yang "berkuasa" atas diriku?
Apa aku tidak boleh mencintai diriku sendiri? Apa aku harus selalu berpura-pura menjadi "boneka" yang kalian harapkan?
Jadi, yang berkendali penuh atas diriku itu siapa? Sampai-sampai diri ini tidak pernah merasakan "kebebasan" atas tubuhku, atas tindakan yang kulakukan, atas segala hal yang ingin aku capai. Semua karena kalian. Kalian yang bertindak seakan-akan diriku adalah milik kalian.
Bila dipikir terus-menerus memang sangat lucu ya.
Pribadi ini bukan milikku, namun milik orang lain.
- Yogyakarta, 3 April 2020
20.48. WIB. Karantina hari ke-19
littledd
Komentar
Posting Komentar